Sabtu, 13 November 2010

MISS COMMUNICATION

Diposting oleh Rizky amelia di 22.18
MISS COMMUNICATION
Pada suatu hari ada sebuah contoh kisah mengenai mis communication. Beberapa waktu yang lalu, aku berangkat dari Bandung menuju ke Kadipaten, sebuah kecamatan di Majalengka, Jawa Barat. Saat itu ada pekerjaan rutin yang biasa aku lakukan yaitu mengajar komputer di sebuah SMK negeri disana. Kali ini aku berangkat naik kendaraan umum, yaitu sebuah mini bus dan duduk pada bagian paling belakang. Disampingku duduk seorang Ibu muda berjilbab yang dari tadi selalu berkomunikasi via telpon genggamnya.
Ketika sampai di daerah Sumedang, mobil yang kami tumpangi berhenti sejenak untuk menaikkan seorang penumpang. Pada saat itu juga seorang pedagang tahu asongan ikut naik ke dalam mobil. Ia berdiri di sisi pintu mobil sambil membawa barang dagangannya. Dikepalanya terlihat beberapa keranjang tahu yang terbuat dari anyaman pohon bambu.
“Tahu …tahu, oleh-olehnya Pak, Bu ! Mumpung masih hangat …”, seru penjual tahu menawarkan dagangannya kepada semua penumpang.
Aku kebetulan tidak berminat untuk membelinya, tetapi ibu muda yang duduk disampingku mengacungkan tangan ke arah penjual tahu menandakan kalau nia ingin memesan tahu, sambil tetap berkomunikasi dengan seseorang melalui pesawat handphonenya.
Ibu tersebut lalu merogoh uang dari tas kecil yang berada dalam kantong bawaannya. Diambilnya selembar uang kertas 20 ribuan, lalu diserahkan ke pedagang tahu tersebut sambil berkata : “Sepulu ribuan aja Kang !”.
“Bikin satu atau dua Bu ?”, tanya si tukang tahu, sambil mempersiapkan keranjang tahu terbuat dari bambu yang bertengger diatas kepalanya.
“Bikin dua aja Kang !”, jawab si Ibu, sambil tetap asik berkomunikasi via handphone genggamnya.
Tanpa banyak bertanya lagi si tukang tahu dengan cekatan mengambil beberapa tahu sambil menghitungnya dan memasukkan ke dalam dua buah keranjang. Selesai membungkusnya, ia pun segera menyerahkannya kepada Ibu muda tersebut.
Si Ibu muda tadi kemudian menyelesaikan pembicaraan teleponnya. Ia segera menengadahkan tangan kanannya kepada si pedagang tahu sambil berkata, “Kembaliannya mana Kang ?”.
“Oh…maaf Bu, uangnya pas ! Tadi kan Ibu pesannya sepulu ribuan, dua bungkus. Jadi semuanya jadi dua puluh ribuan. Benarkan Bu ?”, jawab si penjual tahu datar dengan wajah tanpa dosa.
Si Ibu muda tersebut tercengang dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sadar kalau sudah terjadi miss Communication antara dirinya dengan si tukang tahu. Tadi, sewaktu dia mengatakan dua, maksudnya bikin dua bungkus seharga sepuluh ribuan semuanya atau dengan kata lain lima ribuan sebungkus. Tapi persepsi si tukang tahu lain lagi, bikin dua bungkus artinya dengan harga sepuluh ribuan sebuah, jadi kalau bikin dua, ya benar totalnya jadi dua puluh ribuan !
Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Si Ibu tadi merasa malu untuk berdebat dengan si penjual tahu. Ia hanya pasrah dengan kesalahan yang telah dilakukannya. Bisa saja tukang tahu tadi sebenarnya tahu maksud si Ibu, namun ia nakal dengan memanfaatkan kesalahan komunikasi Ibu tersebut. Kalau benar demikian, berarti si tukang tahu tadi bertindak tidak jujur. Tapi apapun alasannya, komunikasi yang baik dan benar memang perlu dilakukan, agar jangan sampai tercipta asosiasi yang bermacam-macam dari kalimat yang kita lontarkan, sehingga menimbulkan perbedaan persepsi.
kesimpulan :
Miss Communication bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan bisa menimpa siapa saja. Hal ini bisa diakibatkan karena unsur kesengajaan oleh pihak tertentu dengan maksud mengambil keuntungan atau memang karena murni kesalahan dalam menafsirkan kalimat “karet’. Jika kita mengalami hal tersebut alangkah baiknya “perbedaan persepsi” tersebut harus diluruskan dengan cara mengembalikan dulu ke akar permasalahannya, sehingga kedua belah pihak mengetahui duduk persoalannya secara jelas. Jangan lupa kita harus mempersiapkan argumentasi yang kuat dan logis sehingga lawan bicara kita tidak bisa mengelak dan sadar akan kekeliruannya.

0 komentar:

Posting Komentar

TIME

 

my life is my message Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting